Bola itu bundar
Kalimat
‘bola itu bundar’ selama ini dikenal sebagai pameo yang menggambarkan sulitnya
menebak hasil akhir sebuah pertandingan sepak bola. Tim yang sejak awal
mendominasi jalannya laga, tidak otomatis bakal keluar sebagai pemenangnya.
Kalah atau menang itu terkadang hanya
ditentukan dalam waktu tiga menit saja. Seperti yang tertulis pada puisi Johan
Cruyff yang dikutip dari pengantar buku Sindhunata berjudul ‘Bola di Balik
Bulan’. Bunyinya kira-kira seperti ini:
“In each game there only three minutes and those of course subdivided
into moments that really matter. In three minutes you win or lose”.
Bola itu memang bundar. Tak bersudut. Bagian
manapun bisa menjadi pangkal dan ujung.
Satu tim bisa saja di atas angin dan mengira
mereka bakal memenangkan pertandingan. Namun dalam waktu singkat mimpi itu
sirna dan berganti kekalahan, seperti yang dialami Bayern Muenchen di final
Liga Champions 1999.
Hanya dalam waktu 112 detik Manchester United
merebut kemenangan dari tangan The Bavarian.
Menebak hasil akhir pertandingan memang rumit.
Apapun bisa terjadi di lapangan mengikuti pameo bola itu bundar.
Namun bukan urusan tebak-tebakan itu saja yang
rumit. Sejarah bola itu sendiri juga sulit dimengerti. Tidak jelas titik
pangkalnya. Siapa yang menciptakan bola pertama kali juga masih jadi misteri
layaknya hasil akhir sebuah pertandingan.
Sulitnya sejarawan menentukan penemu bola tak
lepas dari sejarah panjang permainan sepak bola sendiri. Tidak jelas titik
pangkalnya. Berbagai sumber menyebutkan bahwa, sepak bola telah ada sejak awal
peradaban manusia dimulai.
Sejak itu, bola yang dugunakan juga terus
berevolusi. Bentuknya berbeda-beda dan menggunakan bahan yang berbeda pula.
Sejauh ini, bola tertua yang pernah ditemukan
dibagi dalam dua kategori. Pertama adalah berdasarkan bahan yang digunakan
untuk membuatnya bundar. Sedangkan kategori kedua, bola yang telah diisi dengan
udara di dalamnya.
Bola pertama dalam sejarah ditemukan saat
peradaban kuno, 3000 tahun yang lalu. Tiongkok, Aztec dan Suku Indian Maya, dan
Mesir berkontribusi besar bagi penemuan bola pertama di dunia.
Di Tiongkok, bola yang digunakan terbuat dari
kulit hewan yang dibalut hingga berbentuk bundar. Bola ini lantas digunakan
dalam permainan yang zaman itu dikenal dengan sebutan cuju.
Bola yang digunakan suku Maya dan Indian Aztec
di Amerika Tengah beda lagi. Mereka sudah mengenal bola yang terbuat dari karet
yang dibentuk dari bahan lateks.
Sedangkan di Mesir bola yang digunakan
berbahan dasar kain. Mereka juga membuat bola dari bahan kulit hewan untuk
meningkatkan daya pantulnya. Bahan yang sama juga digunakan oleh bangsa Yunani
kuno. Bedanya, di negeri para dewa ini, mereka mengisinya dengan rambut.
Bola di Abad Pertengahan Memasuki era ini,
bola sudah dikenal sebagai olahraga yang sangat populer. Karena itu, banya
upaya dan tenaga yang dikerahkan untuk merancang bola yang digunakan.
Di kawasan Eropa, kantong kemih menjadi
material yang banyak digunakan saat itu. Di Italia pada tahun 1600, mereka
menggunakan kantong kemih babi sebagai bolanya.
Namun bola kantung kemih punya banyak
kelemahan. Selain gampang tertusuk, bentuknya tidak beraturan. Untuk
mengakalinya, bola jenis ini kemudian dilapisi kulit sehingga tidak mudah rusak
dan lebih bulat.
Seiring perkembangan zaman, popularitas sepak
bola juga semakin bertambah. Bahkan mulai tahun 1800, olahraga ini semakin
terkenal dan mulai memasuki level profesional.Begitu juga dengan teknologi
pembuatan bola, kian berkembang pesat.
Tahun ini merupakan momen signifikan bagi
pengembangan sepak bola. Di tahun ini jugalah babak pertama pembuatan bola
dilakukan oleh pria bernama, Charles Goodyear. Melalui tangannya, bola yang
dipakai untuk olahraga sepak bola untuk pertama kalinya berbentuk bundar.
Goodyear memecahkan masalah yang selama ini
dialami bola sebelumnya. Dengan teknik vulkanisasi, Goodyear menciptakan karet
yang padat dan tahan lama, tapi tidak kehilangan daya pantulnya.
Hingga pertengahan tahun 1800, belum ada
ukuran dan bentuk baku sebuah bola. Dimensinya bergantung kantung kemih hewan
yang digunakan. Namun dengan teknik yang dilakukan Goodyear, ukuran dan bentuk
bola sudah bisa disesuaikan.
Jadi pada tahun 1872, Asosias Sepak Bola
Inggris (FA) mengeluarkan standar, bola harus bundar dan berdiamter antara
27-28 inci. Dan ukuran ini masih berlaku hingga saat ini.
Spesifikasi ini bertepatan dengan bola karet
Charles Goodyear. Karena itu, wajar bila dia dianggap sebagai penemu bola
modern yang bentuknya benar-benar bundar.
Meski Goodyear sudah memperkenalkan bola dari
bahan karet, namun kehadiran bola kulit masih tetap bertahan. Bahkan hadirnya
Liga Inggris pada tahun 1888 telah memacu produski massal bola jenis ini.
Bola pada era ini dibentuk dari beberapa panel
kulit murni yang disusun di bagian permukaan untuk melindungi kantung kemih
tetap utuh. Jenis ini pernah digunakan pada Piala Dunia 1930.
Seiring perkembangan zaman, bola juga
bertambah canggih. Pada tahun 1950, sudah ditemukan bola yang tahan air yang
menggunakan cat sintetis. Jahitan juga dihilangkan agar permukaan bola lebih
halus dan mudah dikontrol. Pada tahun 1951, bola yang berwarna putih dibuat
agar pemain dan penonton lebih mudah melihatnya. Sedangkan saat musim bersalju
tiba, maka bola berwana oranye yang biasa dipergunakan.
Warna hitam-putih yang menjadi ikon bola
hingga saat ini, pertama kali dibuat oleh adidas tahun 1970. Bola ini dibuat
khusus untuk Piala Dunia 1970 dan terdiri dari 32 panel yang dicat dengan warna
hitam dan putih. Di setiap bola terdapat 20 panel berwana putih dan 12 panel
hitam.
Bola ini dinamai Telstar karena bentuknya yang
menyerupai satelit komunikasi yang diluncurkan NASA 1962 lalu. Warna bola
membuatnya lebih terlihat pada televisi hitam-putih pada masa itu.
Telstar kembali digunakan pada Piala Dunia
1974 dan menjadi bola pertama yang dideklarasikan FIFA sebagai bola resmi.
Bola dengan 32 panel ini terus bertahan,
hingga pada Piala Dunia 2006, adidas kembali memperkenalkan bola 14 panel yang
disebut Teamgeist. Dalam bahasa Jerman, Teamgeist berarti semangat tim.
Dengan jumlah panel yang lebih sedikit membuat
permukaan bola lebih halus. Seluruh panel tidak dijahit, tapi tetap tetap
menyatu dengan baik.
Sedangkan pada Piala Dunia 2010, Adidas
kembali meluncurkan bola dengan 8 panel yang dinamai Jabulani atau perayaan
dalam bahasa Afrika Selatan. Jumlah panel yang lebih sedikit dan bahan polyurethane yang
lebih baik meningkatkan kinerja dan tampilan bola.
Sejumlah prototipe bola-bola masa depan telah
dibuat dengan teknologi mencengangkan. Sebuah bola yang dinamai CTRUS tidak
lagi diisi dengan udara dan bisa berubah warna saat bola keluar dari lapangan
pertandingan atau melewati garis gawang.
Sumber (http://redaksi.co.id/49565/bola-itu-bundar-tapi-siapa-penemunya.html)
Komentar
Posting Komentar